Selasa, 15 Maret 2011

PENGANGKATAN CPNS " TUNTAS" 2012

Pemerintah menargetkan penyelesaian masalah honorer tuntas pada 2012 mendatang. Pasalnya, pengangkatan CPNS dari honorer kategori satu (yang dibiayai APBN/APBD) akan dilakukan tahun ini. Itu berarti yang tersisa honorer kategori dua (tidak dibiayai APBN/APBD).
"Penyelesaian honorer akan dituntaskan pada 2012. Yang jadi sasaran adalah honorer kategori dua (yang tidak dibiayai APBN/APBD) karena kategori satu sudah tahapan menunggu penetapan NIP," tutur Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan di Jakarta, Selasa (8/3).
Untuk honorer kategori dua akan dimasukkan dalam formasi CPNS 2011 dan dites tahun ini. Sedangkan pemberkasan NIPnya dilakukan pada awal 2012. "Kategori satu pasti tuntas tahun ini. Kalau kategori dua sulit tahun ini diselesaikan karena mereka masih harus dites lagi. Tidak seperti kategori satu yang tanpa tes," ujarnya.
Ditanya formasi formasi CPNS untuk honorer kategori, menurut Mangindaan, masih tetap didominasi guru. Disusul tenaga kesehatan, penyuluh pertanian, tenaga administrasi, serta teknis lainnya.
"Kita harapkan pengangkatan CPNS dari honorer terakhir 2012. Setelah itu tidak ada lagi. Bagi yang tidak lolos tes tahun ini, akan menjadi PTT (Pegawai Tidak Tetap) dan akan diatur dalam PP sendiri juga," tandas menteri dari Partai Demokrat ini.
Untuk diketahui, sebanyak 51.075 atau 33,53 persen honorer kategori satu menunggu penetapannya sebagai CPNS. Mereka sudah dinyatakan lolos verifikasi dan validasi serta memenuhi kriteria pemberkasan.
Sedangkan jumlah tenaga honorer kategori dua yang masuk per 31 Desember 2010 sebanyak 417.519. Terdiri dari instansi pusat 60.748 orang dan daerah 356.771. Dengan total instansi yang mengusulkan 336, di mana 13 pusat dan 323 daerah.
Data tenaga honorer kategori kedua ini sampai sekarang terus bertambah, sehingga sampai 8 Februari 2011 mencapai 628.465. Adapun rincinnya, pusat 78.279 orang dan daerah 550.186, dengan total instansi yang mengusulkan adalah 489


Benarkah!!!!

Rabu, 09 Maret 2011

PERGAULAN BEBAS DAN DAMPAKNYA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah, swt Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua, semoga kita selalu dalam naungan-Nya. Amiin

DASAR PEMIKIRAN
Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
Hal itulah yang kemudian mendasari kami untuk memeberikan pendidikan yang lebih dalam hal tersebut mengingat semakin mengkhawatirkannya pergaulan remaja pada saat ini, terutama remaja yang masih duduk di bangku SLTP yang mungkin kurang informasi tentang hal-hal yang negative pergaulan bebas oleh karena itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, termasuk orang tua dan guru, perlu kiranya kita memberikan informasi-informasi tentang dampak buruk dalam pergaulan bebas yang sekarang ini sedang tren dikalangan remaja, dan kami dari MTs. Baitis Salmah berencana akan megadakan penyuluhan (bimbingan) tentang bahayanya pergaulan bebas kepada siswa/I kami, dengan tujuan untuk mencegah sedini mungkin, agar siswa/I MTs Baitis Salmah tidak ikut terjerumus kedalam hal tersebut.
Semoga apa yang menjadi harapan kita yaitu mencetak siswa berprestasi dapat terwujud. Amiin



Sebagai tambahan, remaja atau pemuda di Indonesia saat ini mulai cenderung memilih pasangannya sendiri daripada dipilihkan oleh orang tua mereka. Lebih dari 40 persen remaja (15-24 tahun) mengatakan bahwa AIDS adalah penyakit yang berbahaya, namun pengetahuan mengenai proses penyakit tersebut, dan faktor risikonya sangat rendah. Masalah remaja mengenai penyalahgunaan narkoba juga semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik tentang penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik mengalami peningkatan yang sangat tinggi. Kondisi tersebut menggambarkan cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul di antara remaja. Mengingat hal tersebut, timbullah suatu ide untuk mengembangkan model pusat informasi, dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik/konselor sebaya. Model semacam ini merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dan telah dikembangkan oleh Direktorat Remaja dengan tujuan menumbuhkan/membangkitkan kesadaran/peran serta individu di tengah masyarakat/kelompok untuk berperan sebagai teman sebaya (peer) bagi anggota kelompok yang membutuhkan. Meskipun telah dibentuk dan telah dilakukan penyeleksian dan pelatihan untuk peer tersebut, namun apakah model tersebut dapat berjalan efektif dengan kemampuan yang telah dimiliki oleh Pendidik Sebaya (PS), dan Konselor Sebaya (KS) melalui Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam menyampaikan materi kesehatan reproduksi, dan memberikan solusi kepada teman sebayanya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi?. Berdasarkan fakta-fakta dan latar belakang yang dipaparkan diatas, telah dilakukan penelitian yang dimaksudkan untuk menggali efektifitas model tersebut dengan mengevaluasi kemampuan PS dan KS dalam menyampaikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada remaja teman sebayanya, sehingga pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terhadap kesehatan reproduksi. Para Pendidik Sebaya (PS) yang telah dilatih melakukan beberapa tugas, yaitu: melakukan pelatihan, pendidikan dan pendampingan kepada sejumlah remaja, dan orang tua secara intensif sesuai dengan materi yang telah diterima dalam pelatihan. Mereka juga telah melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada remaja yang berada pada lingkungan sekolah dan kelompok masyarakat, dan melakukan penyuluhan kepada orang tua melalui berbagai kelompok yang ada di dalam masyarakat seperti PKK, pengajian, kelompok arisan. Di samping itu Pendidik Sebaya diharapkan juga melakukan sosialisasi program KRR kepada tokoh masyarakat dan instansi terkait yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dari instansi terkait terhadap permasalahan KRR maupun sebagai wahana untuk sosialisasi "keberadaan mereka" di tengah masyarakat. Di antara PS yang telah terlatih tersebut, dipilih beberapa orang yang dilatih sebagai Konselor Sebaya (KS). Dalam pelatihan KS ini diberikan pendalaman materi KRR, dan tehnik KIP Konseling. Setelah pelatihan, para KS ini melakukan penyuluhan secara massal antara lain kepada: siswa sekolah, tokoh masyarakat (Toma), aparat pemerintah, santri pondok pesantren, dan lainnya. Untuk mengetahui efektivitas dari pengembangan model tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian evaluasi terhadap berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas Model Pusat Informasi dan Konsultasi sebagai bentuk pelayanan program KRR yang terintegrasi melalui kemampuan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam merubah pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi. Secara khusus peneletian tersebut bertujuan mengevaluasi karakteristik PS dan KS yang dapat mendukung kemampuan PS dan KS, Penguasaan materi KRR dan metode Komunikasi Interpersonal (KIP) PS dan KS, Jejaring kerja (networking system) yang telah dikembangkan oleh PS dan KS, Pengelolan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja yang telah dilaksanakan, Kelangsungan pengelolaan PS dan KS, Pemanfaatan PS dan KS oleh "stakeholders", seperti: Toma, instansi/ institusi lain, pemda, pesantren?, Masalah dan kendala yang dijumpai dalam pengelolaan Model Pusat Informasi dan Konsultasi Kesehatan Reproduksi Remaja, melalui Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya. Kesehatan reproduksi haruslah terus dikembangkan mengingat pentingnya hal ini, agar para remaja dapat memahami dan menjaga kesehatan mereka dan lingkungannya sehingga kasus-kasus penyakit berbahaya seksual seperti AIDS dan penyakit seksual lainnya dapat dihindari. Pusat informasi kesehatan reproduksi juga diperlukan untuk mendukung pelayanan akan kebutuhan pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi bagi para remaja. Kesemua ini tentunya dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya lingkungan kesehatan masyarakat yang prima.